Ada seorang anak kecil yang sedang bercakap-cakap dengan sebuah batu besar yang ada di halaman rumahnya.
Anak kecil : “Hei batu besar, apa kerjamu disitu?”
Batu besar : “Aku tergeletak di atas tanah.”
Anak kecil : “Bila malam tiba, apa yang kamu perbuat?”
Batu besar : “Ya tetap di sini.”
Anak kecil : “Bila hujan datang atau ada badai bagaimana?”
Batu besar : “Ya, aku akan tetap di tanah ini.”
Anak kecil : “Ah, kasihan yang kamu… batu yang malang…”
Batu besar : “Tidak… aku tidak malang. Aku bahagia menjadi batu, seperti engkau bahagia menjadi anak kecil. Ketika kamu melompati aku atau berlari mengelilingi aku, aku tetap di tempatku. Aku tidak merasakan kedinginan kalau hujan, atau ketakutan bila malam gelap. Anak kecil, aku sungguh mensyukuri dan bahagia sebagaimana aku ada.”
Percakapan itu menyentuh hati si anak kecil yang tadinya selalu memprotes keadaannya, sebab baru saja ia menggerutu, “Kenapa adikku mukanya bulat dan lucu sehingga semua orang senang kepadanya sedangkan mukaku lonjong begini?”
Sekarang ini manusia di bumi bukan hanya mengalami kemunduran ekonomi, tetapi mereka juga mengalami kemunduran gambar diri. Tuhan telah menjadikan manusia sesuai dengan “gambar-Nya” (Kej. 1:27) dan “sungguh amat baik” (Kej. 1:31). Tapi manusia seringkali tidak puas dengan keberadaannya sendiri. Keluhan demi keluhan seringkali mewarnai perjalanan hidupnya, padahal Tuhan telah menanamkan potensi luar biasa dalam setiap insan. Setiap pribadi memiliki keunikannya sendiri-sendiri dan potensi khas dirinya.
“Hargailah diri Anda sendiri… dan Anda akan melihat dunia menghargai Anda!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar